Senin, 19 April 2010

TUGAS ARTIKEL RISET AKUNTANSI

TUGAS ARTIKEL

RISET AKUNTANSI

NAMA : ANNISA RAHIMIYAH JUNIATI

NPM : 20207141

KELAS : 3 EB 13

DOSEN : MASODAH


ACTIVITY BASED COSTING

2.1 Akuntansi Biaya dan Klasifikasi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara- cara tertentu serta penafsiran terhadapnya”. (Mulyadi, 2007:7)

Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Menurut Soemita Adikoesoemah (2005:72) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi biaya (cost), antara lain:

  1. Cost adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
  2. Sebagian akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat di masa kini atau masa yang akan datang.

Menurut Mulyadi (2007:14) biaya diklasifikasikan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan terdiri dari :

  1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Contoh : Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

  1. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Contoh : Biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan tidak langsung, tambahan biaya listrik.

  1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

Contoh : Biaya gaji direktur produksi, biaya asuransi, biaya depresiasi.

Biaya diklasifikasikan menurut unsur atau komponen biaya terdiri dari (Mulyadi ,2007:17) :

  1. Biaya Bahan Baku Atau Bahan Langsung

Biaya yang timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang

Contoh : tepung terigu sebagai bahan baku untuk pembuatan biskuit

  1. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya yang timbul karena pamakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi.

Contoh : Upah dan gaji yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang

  1. Biaya Overhead Pabrik

Biaya ini timbul karena pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan lain atau biaya produk selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja.

2.2 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva (asset), tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban (expense). Contoh : pengorbanan sumber daya berupa bahan baku, tenaga kerja, dan operasi mesin pabrik untuk menghasilkan suatu produk, maka terjadi konversi dari sumber daya asset berupa bahan baku, tenaga kerja, dan mesin menjadi bentuk aktiva lain yakni produk jadi.

Menurut Supriono. S (2006 : 36) pengumpulan harga pokok pada perusahaan manufaktur dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)

Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau jasa terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Pengolahan produk dimulai dari pesanan melalui dokumen pesanan penjualan (sales order) dan atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi sesuai dengan pesanan. pesanan yang bersangkutan.

2. Metode Harga Pokok Proses (Proces Cost Method)

Metode harga proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun, semester dan lain-lain. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena sifat produk homogen dan standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara terus-menerus.

2.3 Pengertian Activity Based Costing

Mulyadi (2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.

Sedangkan menurut Garrison dan Nureen (2005 : 342), “Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga jasa biaya tetap”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing merupakan suatu metode baru mengenai sistem perencanaan biaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan yang terdapat dalam sistem akuntansi konvensional.

Dengan menggunakan sistem ABC, Kaplan dan Cooper menganjurkan mengklasifikasikan biaya overhead dengan cara yang berbeda. Mereka mengusulkan :

1. Biaya variabel jangka pendek (short-term-variabel cost)

Adalah biaya-biaya yang bervariasi sesuai dengan volume produksi dan merupakan biaya-biaya yang juga diklasifikasikan sebagai variabel dalam metode konvensional. Contohnya : jam tenaga kerja, jam mesin, biaya material langsung.

2. Biaya variabel jangka panjang (long-tem-variabel cost), dan

Adalah biaya overhead yang tidak bervariasi dengan volume produksi, akan tetapi bervariasi dengan tolak ukur aktivitas lain. Contohnya : biaya untuk aktivitas pendukung, seperti penanganan persediaan, penjadwalan produksi, set-up dan sebagainya.

3. Biaya tetap (fixed cost)

Adalah biaya-biaya ini diklasifikasikan sebagai biaya yang tidak bervariasi, dalam periode waktu tertentu dengan setiap indikator aktivitas. Contohnya : gaji direktur pengelola.

2.4 Konsep-konsep Dasar Activity Based Costing

Activity based costing memakai biaya dasar unit maupun non unit dan biasanya pemicunya lebih besar dibandingkan dengan jumlah pemicu biaya dasar unit yang lazim dipakai dalam metode full costing akibatnya, metode activity based costing meningkatkan akurasi penentuan biaya pokok produksi.

Konsep-konsep yang mendasari activity based costing dapat diringkas dalam dua hal ilustrasi sebagai berikut :

1. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan mengkonsumsi sumber-sumber daya yang memerlukan uang. Manajer mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan oleh setiap departemen serta sumber daya yang dikonsumsi dan memilki pemicu biaya untuk setiap aktivitas-aktivitas tersebut.

2. Biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas haruslah dibebankan kepada obyek biaya berdasarkan unit aktivitas yang dikonsumsi oleh obyek biaya tersebut. Pemicu biaya dipakai untuk mengalokasikan biaya-biaya ke produk dan jasa.

Sebagian besar pemicu biaya adalah ukuran jumlah transaksi yang terlibat dalam suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu penentuan biaya produk dasar aktivitas tersebut pada penetuan biaya pokok dasar transaksi. Contoh-contoh transaksi yang berfungsi sebagai pemicu biaya adalah pesanan produksi, permintaan bahan baku, inpeksi produk, bahan baku yang diterima, dan pesanan yang dikirimkan

2.5 Struktur Activity Based Costing

Menurut Brimson (2006: 47), “Akuntansi Aktivitas merupakan suatu proses pengumpulan dan penelusuran biaya dan data ke aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan menghasilkan umpan balik berupa hasil yang aktual dibandingkan dengan biaya yang telah dianggarkan, agar dapat dilakukan suatu tindakan perbaikan pada hal- hal yang perlu diperbaiki”.

Menurut Hansen (2006:123), rincian biaya produksi (production cost) digolongkan menjadi 4 kategori yaitu :

1. Biaya aktivitas berlevel unit ( Unit-level activities cost )

Adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Contoh biaya overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listirk dan biaya operasi mesin.

2. Biaya aktivitas berlevel produk ( Product-level activities cost )

Adalah biaya atas aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi. Contoh biaya ini adalah biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya spesifikasi produk, dan biaya peningkatan produk.

3. Biaya aktivitas berlevel batch ( Batch-level activities costing )

Adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh biaya aktivitas ini adalah biaya penjadwalan produksi, biaya pengelolaan bahan, dan biaya inspeksi.

4. Biaya aktivitas berlevel fasilitas ( Faciltity-level activities cost )

Adalah biaya atas aktivitas yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi. Contoh biaya aktivitas ini adalah biaya manajemen pabrik, biaya keamanan, kebersihan, biaya pajak bumi dan bangunan (PBB), serta biaya depresiasi pabrik.

2.6 Pembebanan BOP pada Activity Based Costing

Pembebanan BOP terhadap produk activity based costing dilakukan berdasarkan hubungan sebab akibat dikarenakan biaya ini dibebankan ke produk berdasarkan cost driver yang merupakan faktor yang mendorong timbulnya aktivitas tertentu.

Berdasarkan struktur, activity based costing melaksanakan pembebanan biaya yang terdiri dari dua tahap, setiap tahap memiliki cost driver yang berbeda. Tahap tersebut meliputi :

1. Tahap pertama, pengumpulan BOP dalam cost pool yang berisi arti homogen.

2. Tahap kedua, pembebanan biaya yang terkumpul didalam cost ke produk yang dihasilkan dengan menggunakan cost driver yangs sesuai untuk setiap cost pool.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing

Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :

  1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi vuolume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.
  2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.
  3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.

Menurut Bastian Bustami (2009:30) meskipun secara konsep Activity Based Costing sesuai dengan harapan dan kebutuhan informasi perusahaan, tetapi penerapannya sering timbul berbagai kekurangan antara lain :

  1. Penerapan Activity Based Costing lebih mahal.

Dibandingkan dengan sistem biaya konvensional (tradisional), hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya seperti, jam kerja langsung. Dalam activity based costing membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa , dan dapat dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan yang didapat, yang mengakibatkan biaya yang tinggi.

  1. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.

Merubah pola kebiasaan manajer, membutuhkan waktu penyesuian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya konvensional dalam operasinya dan juga dugunkan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawaan dari para karyawan. Kalau hal ini terjadi maka penerapan activity based costing akan mengalami kegagalan.

  1. Mudahnya data Activity Based Costing disalah artikan.

Dalam praktek data activity baesd costing dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.

  1. Bentuk laporan kurang sesuai.

Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan activity based costing, tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan activity based costing, harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini akan membutuhkan waktu dan biaya tambahan.

TUGAS 1 JURNAL RISET AKUNTANSI

TUGAS 1 JURNAL

RISET AKUNTANSI

Nama : Annisa Rahimiyah Junianti

NPM : 20207141

Kelas : 3 EB13

Dosen : Masodah


  1. Nama jurnal lengkap dengan edisi :

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 12 No. 1, Januari 2007

Peneliti :

Edwin Mirfazli dan Nurdiono

Topik, judul dan bidang penelitian :

Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan peusahaan Dalam Aneka industry Yang Go public di BEJ

Variable yang digunakan :

Y = Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

terkategori dalam industri yang dalam kelompok Industri Dasar dan Kimia

X = Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

terkategori dalam industri yang dalam kelompok Aneka Industri.

Tujuan penelitian :

untuk membuktikan secara empiris tentang jumlah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dalam kelompok Aneka Industri baik high-profile maupun lowprofile).

Hasil penelitian :

Pengujian hipotesis membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok aneka industri hihg-profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri low-profile.

Peluang penelitian Yang mendukung dan tidak mendukung :

Menyempurnakan daftar pengungkapan sosial yang dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Ini dilakukan dengan mencari referensi terkini tentang tema dan sub tema pengungkapan sosial